Menjejaki Konsepsi Web 3.0

Jakarta – Seringkali kita mendengar jargon Web 2.0 didengungkan, namun tidaklah banyak yang menelisik dan memahami seluk beluk dan ciri terminologi tersebut. Apalagi versi sebelumnya, yaitu 1.0. Tentunya rasa keingintahuan terusik. Lantas, akan seperti apa konsepsi dan substansi teknologi web selanjutnya. What will ‘Web 3.0’ be?

Semua istilah digadang merupakan ‘monumental buzz’ dan dihembuskan sedemikian masif oleh pihak tertentu untuk menarik dana terutama dari investor maupun pemodal ventura. Carut marutnya kondisi dotcommers setelah dihantam tragedi ‘bubble burst’ memberikan indikasi kuat bahwa masa kekelaman beberapa tahun lalu perlu diberi ‘tanda’.

Hal ini diperlukan untuk memberikan dampak psikologis bahwa mimpi buruk telah usai. Semua kembali dari hiper-realitas ke alam sadarnya. Penanda sebuah babak baru penuh kegairahan yang akan menarik dana kembali ke ekosistem setelah sempat menghilang dialokasikan ke industri non-teknologi. Saatnya #MoveOn.

Terlepas dari perdebatan panjang nan kompleks mengenai asal muasalnya, memang tidak dibakukan maupun distandarisasi oleh organisasi maupun institusi internasional layaknya ISO maupun RFC. Secara prinsipil konsep Web 2.0 yang dicetuskan pertama kali oleh Dale Dougherty sebagai nama konferensi memiliki beberapa karakteristik.

Pertama, adanya ruang (lebih besar) agar pengguna bisa lebih aktif mengisi konten pada situs web. Kedua, penggunaan situs web untuk menghubungkan dan berbagi konten antar pengguna. Ini terwujud dalam bentuk media sosial.

Ketiga, makin banyak cara untuk memperoleh informasi sehingga bisa diterima lebih cepat. Terakhir, penggunaan perangkat bergerak (telepon seluler, ponsel cerdas dan tablet) meruntuhkan prediksi bahwa akses internet akan lebih banyak dilakukan melalui televisi atau perangkat lainnya.

Kata kuncinya ada di kiblat pada komunitas, blog, Wikipedia, aplikasi web, tagging (folksonomi), cost-per-click dan word of mouth.

Web 1.0, 2.0, dan 3.0

Berkilas balik sejenak, Web 1.0 ditujukan kepada periode dimana situs web mendistribusikan informasi dengan pendekatan searah. Artinya minim sekali dalam mengakomodasi keinginan pengunjung dan pengguna untuk berpartisipasi memproduksi konten. Fokus pada perusahaan, portal, web form, direktori (taksonomi), page views dan advertising merupakan karakteristiknya konsepsi ini.

Kala Web 2.0 memfasilitasi hubungan personal (intra maupun inter), sosial dan profesional, maka 3.0 ditengarai akan membuat hubungan pengguna dan informasi lebih intim dengan cara yang lebih intelligent. Kekhasannya terletak pada titik berat di individu, perilaku mengguna (‘me-onomy’), personalisasi, advertainment dan behavioral advertising.

Sebagai contoh, apabila kita ingin mendapatkan gadget dengan fitur, keunggulan, spesifikasi dan harga tertentu, ada beberapa situs web dan mungkin saja forum, mailing list serta jejaring sosial yang perlu dijelajahi terlebih dahulu. Dibutuhkan waktu sekian jam agar informasi yang diinginkan dapat diperoleh.

Layanan mesin pencari dan browser diestimasikan akan memiliki kemampuan memahami informasi di web lebih mendalam dan lebih smart. Hasilnya, hanya dalam hitungan menit, informasi mengenai gadget idaman akan tersaji secara komprehensif.

Mesin pencari merupakan kunci dan memegang peranan penting dalam menghasilkan dan mendistribusikan informasi bagi netizen. Perannya sebagai ‘pintu gerbang’ informasi akan diperluas dengan memberikan informasi lain, lebih relevan dan tentunya lebih berguna.

Engine tidak hanya melakukan pencarian berdasarkan kata kunci tertentu, namun mampu memahami konteks informasi yang diinginkan. Menggunakan contoh di atas, selain merek dan tipe gadget, akan ditampilkan informasi tempat gadget dapat dibeli, rekomendasi aplikasi yang perlu diinstal, review para pengguna dan lain sebagainya.

Social bookmarking as a search engine mungkin akan berperan lebih banyak dengan menghasilkan ‘smarter result’, sehingga kita akan memperoleh informasi dari situs terbaik (berdasarkan pilihan pengguna) di industrinya.

Selain relevansi, profil unik merupakan kata kunci berikutnya. Dengan mengolah perilaku pengguna saatbrowsing maupun searching, maka aktivitas pencarian antar pengguna untuk kata kunci sama akan menampilkan hasil berbeda.

‘Keterbukaan’ akses atas Application Programming Interface (API) akan makin marak seiring dengan makin tingginya tuntutan pengguna atas experiences yang ditawarkan oleh berbagai situs web serta menguatnya keinginan kolaborasi antar penyedia layanan untuk memberikan yang terbaik bagi konsumennya. No man is an island.

Tren kombinasi dua atau lebih aplikasi menjadi aplikasi tunggal, dikenal sebagai ‘mashup’, akan meningkat. Jenis aplikasi ini akan menampilkan lokasi outlet tempat gadget bisa dibeli pada sebuah peta digital, selain menyajikan review atas pelayanan store tersebut.

Empunya Jejaring Jagat Jembar, sebagaimana akronim World Wide Web (WWW) diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Tim-Berners Lee memiliki pandangan tersendiri akan hal ini.

Menurutnya, masa depan terletak di tangan Semantic Web dimana komputer akan menelusuri, menjaring dan mengintepretasikan informasi situs web menggunakan piranti lunak dengan struktur informasi bernama ‘ontologies’. Hasilnya? Informasi pada halaman web dan mesin mencari akan lebih terstruktur, lebih relevan dan lebih kontekstual.

Lebih jauh lagi, aktivitas pencarian akan mampu menjaring tag dan label, dua komponen terpopuler di Web 2.0, dan menghasilkan informasi lebih tajam dan lebih handal.

Pakar sekaligus pebisnis bidang teknologi, Nova Spivack menyatakan bahwa fokus di 3.0 adalah meningkatkan infrastruktur di back end agar dapat menunjang kemampuan lebih browser dan mesin pencari, setelah sebelumnya berkutat pada protokol, standar dan bahasa pemrograman situs web dua dekade lalu serta front-end di 2.0.

Kita akan lebih sering melihat penggunaan Web 3D, Augmented Reality, gesture-based technology. Lebih intensif dan ekstensif. Baik untuk keperluan pribadi, kegiatan produktif, hiburan, pendidikan serta berbagai bidang lainnya.

Akan lebih banyak jenis konten multimedia (audio, video), program televisi serta radio bisa dinikmati melalui jalur internet. Makin mudahnya pembuatan konten jenis ini serta meningkatnya aksesibilitas dan kualitas infrastruktur ditawarkan oleh vendor dan penyedia layanan memegang peranan penting.

Jam tangan dan televisi merupakan perangkat keras yang akan memperoleh tempat di hati para pengguna, baik sebagai alat bantu/pendukung maupun lebih jauhnya sebagai piranti utama akses ke situs web.

Dari sekian banyak futurisasi dan proyeksi di atas, kita sebagai pengguna tentunya boleh saja berpendapat dan memiliki keinginan yang berbeda. Serta berharap lebih. One can always hope, right? 

Sebagaimana diterbitkan di DetikINET: http://inet.detik.com/read/2012/08/16/150214/1993395/398/menjejaki-konsepsi-web-30